
Akio Morita
Hari ini saya akan berbagi tentang keuletan dan kesuksesan seseorang yang sanggup mengubah dunia dengan karyanya Banyak dari kita sesungguhnya mampu memberi lebih terhadap dunia ini.
Bahkan Elbert Hubbart pernah berkata:
Tiada kegagalan kecuali berhenti mencoba
Tiada kekalahan ,ecuali dari dalam diri,
Tiada rintangan yang tidak teratasi kecuali SIFAT DIRI tidak tentu tujuan.
Siapa Akio Mirota ? Akio Morita lahir 26 januari 1921 di Nagoya, Jepang. Ayahnya, Kyuzaemon, adalah generasi ke-13 dari keluarga pembuat sake yang ternama. Sedari kecil Akio memiliki rasa ingin tahu yang besar. Matematika dan Fisika adalah pelajaran favoritnya. Ia juga gemar mengutak-atik elektronika. Misalnya membongkar mesin photograph ayahnya, kemudian dirangkainya kembali. Lulus dari Universitas Osaka, Akio bergabung dengan angkatan laut Jepang semasa Perang Pasifik. Disitu ia berkenalan dengan Masaru Ibuka. Seusai perang mereka berkongsi mendirikan sebuah perusahaan perakitan alat telekomunikasi yang diberi nama Tokyo Tsushin Kogyo. Usaha ini dimulai dengan modal kerja US$375 di Tokyo pada tahun 1946. Mereka berkantor di sebuah kios reparasi radio di gedung perkantoran tua yang nyaris ambruk akibat bom. Masaru kebagian tugas mengembangkan produk, sedangkan Akio menangani pemasaran. Produk perdana mereka, sebuah tape recorder, gagal total di pasaran karena dianggap terlalu besar dan berat. Pantang menyerah, mereka berhasil memperoleh lisensi dari Bell Labs (raksasa bisnis telekomunikasi Amerika yang didirikan oleh Alexander Graham Bell, sang penemu telephone) untuk memproduksi transistor di tahun 1950. Lantaran tidak puas sekadar menjadi tukang jahit bagi Bell Labs, Masaru mencari ide sendiri untuk mengembangkan dan memasarkan sendiri produk radio transistor mini yang bias dimasukkan kantong saku. Produk ini mendulang sukses besar di Jepang! Tak ayal, Akio dan Masaru menjadi tauke-tauke muda yang kaya raya. Saat mengunjungi pabrik Philips Electronics di Eindhoven, Belanda. Akio mendapat inspirasi untuk membangun industri serupa di Jepang. Targetnya adalah merambah pasar elektronika international, diawali dari Amerika. Sebuah merk yang gampang diucapkan dan diingat -Sony- ia dipilih dari kata latin sonus yang berarti suara. Sonny juga adalah salah satu ungkapan gaul untuk panggilan akrab sesama anak muda di Amerika. Berdirilah Sony Corporation of America di tahun 1960. Tahun berikutnya, Akio menjadi pengusaha Jepang pertama yang sukses menggalang dana lewat pasar modal New York. Dana itu digunakan untuk membangun jaringan took khusus produk Sony agar pemasaran tidak terlalu bergantung pada peritel lokal. Tahun 1963, Akio beserta istri dan ketiga anaknya, hijrah ke Amerika agar bisa lebih seksama mengamati karakter, perilaku, dan budaya konsumen Amerika. Ternyata, Akio adalah pengamat yang luar biasa. Setelah mengamati orang Amerika yang gemar menyetel musik keras-keras di mobil, mengotong stereo berukuran jumbo untuk teman berjemur di pantai atau bersantai di taman, Akio meminta Chief Engineer Sony untuk merancang produk dengan kualitas suara setara car stereo yang bisa dijinjing dan memungkinkan penggunanya untuk melakukan aktifitas lain, hasilnya ? Sebuah Walkman yang sensasional itu!Akio segera menjadi popular di kalangan jetset Amerika. Ia dikenal sebagai saudagar dari Asia yang rendah hati dan murah senyum. Di lingkungan bisnis, ia bahkan menjadi satu-satunya orang Jepang yang dijadikan penasihat senior oleh perusahaan-perusahaan kakap seperti Pan American, IBM, dan Morgan Guaranty Trust. Tahun 1968 Sony masuk ke industri music software di Jepang bersama CBS, konglomerat media dari Amerika. Tahun 1979 Sony merambah sector asuransi jiwa dengan menggandeng grup Prudential. Sony juga menjadi pemain besar di bisnis musik dan perfilman dengan mengakuisisi CBS Records di tahun 1988 menjadi Sony Music Entertainment dan Columbia Pictures setahun kemudian menjadi Sony Pictures entertaiment. Produk-produk legendaris Sony seperti home videotape recorder, Discman, Betacam, Trinitron, dan lain-lain sukses mendominasi pasar. Bahkan 3. 5- inch floopy disk yang sering kita gunakan kini pun adalah inovasi Sony di tahun 1989. Tahun 1966 Akio sempat menulis sebuah buku best-seller controversial berjudul Never Mind School Records yang isinya menekankan bahwa nilai rapor sekolah bukan jaminan sukses dalam bekerja. Bukunya yang berjudul Made in Japan dan The Japan that Can Say No juga sukses di Amerika. Akio mengalami stroke saat bermain tennis di tahun 1993. Sejak saat itu aktivitasnya dibatasi oleh kursi roda. Pada 3 oktober 1999 Akio wafat dalam usia 78 tahun karena pnemunio di Tokyo (Menyusul Masaru yang mangkat dua tahun sebelumnya). Tahun yang sama, SONY dinobatkan sebagai consumer brand paling terkenal di seantero Amerika – mengungguli merk Coca-Cola dan General Electric. Di tahun 1955 Akio pernah menolah job order sejumlah 100 ribu unit mini transistor radio dari perusahaan besar, Bulova Watch Company. Konon, nilai order ini bahkan jauh lebi besar daripada nilai asset Sony saat itu – tapi ada syaratnya : pada setiap unit harus dicantumkan label Bulova. Akio yang ngotot ingin membangun Sony sebagai international Brand mentah-mentah menolaknya, tanpa menghiraukan Masaru yang sudah teriak-teriak agar order tersebut jangan sampai batal. itulah salah satu keputusan terbaik dalam karier bisnisku, kenang Akio sambil tersenyum lebar.